HUT ke-44, Universitas Budi Luhur Gelar Makan Durian

  • Bagikan

JAKARTA – Universitas Budi Luhur (UBL) akan memasuki usia 44 tahun di 2023 ini. 

Usia yang cukup matang jika diselaraskan dengan usia manusia. Perjalanan panjang telah membawa Universitas Budi Luhur kepada sebuah perubahan besar.

Rektor Universitas Budi Luhur Wendi Usino Lambat laun menyebutkan universitas yang berada di bilangan Jakarta Selatan ini, bertumbuh menjadi salah satu universitas yang telah menelurkan sejumlah Sumber Daya Manusia yang diakui dalam dunia kerja.

Dia dalam sambutannya mengungkapkan kebahagiaan atas pencapaian Universitas Budi Luhur dalam dunia pendidikan tinggi. 

“Sebuah kebahagiaan bisa hadir meresmikan rangkaian acara kegiatan Ulang Tahun Budi Luhur yang ke 44 tahun. Usia yang sangat dewasa, sangat matang untuk kita rayakan. Tema kali ini yaitu ‘Satukan Cita Lewat Aroma’, yang mana kita tahu bahwa aroma sebagai sebuah sumber untuk produk Kopi dari Indonesia yang dikenal di seluruh dunia,” kata Wendi, Rabu (22/2).

Dia menjelaskan pihaknya mengusung tema kopi dan durian lantaran memiliki prinsip serta filosofi yang kuat dari kedua produk yang dimiliki Indonesia.

“Harapannya Budi Luhur akan meng-global seperti halnya kopi dari Indonesia. Berikutnya ada durian, adalah aroma yang kuat, yang mana penggemarnya banyak. Intinya buah durian adalah rajanya buah. Mudah-mudahan dengan kita menikmati durian akan memiliki dampak bahwa budi luhur dalam dunia pendidikan tinggi akan menjadi king dalam dunia pendidikan tinggi dan meng-global,” lanjutnya.

Dalam memperingati HUT ke 44 tahun ini, UBL telah mempersiapkan rangkaian agenda mulai dari makan bareng durian sambil ditemani kopi di Doktorandus Kopi, olahraga, seminar, dan sebagainya yang mengedepankan cerdas berkolaborasi.

“Marilah berpartisipasi aktif dalam seluruh acara yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Ulang Tahun ke 44 Budi luhur ini dengan segala kegiatannya,” tuturnya.

Dia juga menegaskan Universitas Budi Luhur dalam konsep pendidikannya mengedepankan kreatifitas manusia, mengedepankan kolaborasi antar instansi, antar manusia. Karena sebagai manusia sosial, seseorang tidak bisa berdiri sendiri dan bekerja sendiri.

“Demikian juga dengan kreativitas yang dimiliki setiap manusia sebagai ciptaan Tuhan, tentunya akan menghasilkan karya inovatif yang bermanfaat bagi banyak pihak seluruh ciptaan Tuhan,” pungkas Wendi.(jpnn/RS)

  • Bagikan