Norwegia sebagai salah satu Negara dengan Garis Pantai Terpanjang di  Dunia

  • Bagikan

Oleh : Asmurti

(Mahasiswa Program Doktoral Universitas Halu Oleo)

Garis pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi. Panjang garis pantai  sebuah negara diukur mengelilingi seluruh pantai yang ada di kawasan tersebut.Menurut data World Atlas, Kanada menjadi negara  yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia mencapai 202.080 km. Garis pantai di Kanada terbentang dari bagian barat Samudra  Pasifik, bagian timur Samudra Atlantik.  Indonesia menjadi negara kedua dengan garis pantai  terpanjang di dunia mencapai 99.083 km. Berikutnya Norwegia dengan garis pantai sepanjang 58.133 km. Kemudian, garis pantai di  Rusia dan Filipina masing-masing sepanjang 37.653 km dan 36.289 km.Selanjutnya, negera yang juga masuk daftar memiliki garis  pantai terpanjang, yaitu Jepang sepanjang 29.751 km, Australia sepanjang 25. 760 km, dan Amerika Serikat sepanjang 19.924 km.

Pada sektor perikanan, komoditas ekspor utama Norwegia ialah ikan salmon, ikan makarel serta ikan COD. Guna memenuhi permintaan ekspor ikan-ikan tersebut, Norwegia mempunyai armada kapal penangkapan yang cukup besar dan juga telah berhasil mengembangkan budidaya ikan salmon di lautan zona offshore. Budidaya ikan laut di Norwegia sebagian merupakan industri yang modern dan saat ini sudah sangat kompetitif karena perkembangan teknologi budidaya ikan laut di negara tersebut semakin maju.

Penerapan akuakultur di Norwegia telah berhasil memberikan dampak besar yakni peningkatan nilai ekspor sebesar 8.3 milyar USD pada tahun 2017 untuk nilai ekspor komoditas Salmon dan Trout berdasarkan data EY Norwegian Aquaculture Analysis 2017. Hal tersebut menjadikan Norwegia sebagai eksportir ikan serta produk ikan terbesar kedua di dunia berdasarkan nilai ekspornya. Pasar ekspor utama Norwegia ialah dari Uni Eropa, Rusia, Jepang, Cina, Ukraina serta Amerika Serikat.

Perkembangan produksi sektor perikanan Norwegia yang menghasilkan nilai besar tersebut, selain karena adanya potensi perikanan wilayah perairan Norwegia juga didukung oleh adanya keberhasilan sistem pengelolaan sektor perikanan yang baik. Dalam pengelolaan perikanan, Norwegia sangat mementingkan pengelolaan perikanan dan akuakultur secara keberlanjutan dan ramah lingkungan berdasarkan pengetahuan serta pemahaman menyeluruh dari pengalaman dinamika sektor perikanan Norwegia. Norwegia mempunyai lebih dari seratus tahun pengalaman pada pengelolaan dan penelitian terkait kelautan melalui Direktorat Perikanan dan Institut Penelitian Kelautan yang telah didirikan sejak tahun 1900. Di 1946, Norwegia menjadi negara pertama di dunia yang telah mendirikan Kementerian Perikanan. Saat ini pengelolaan sumber daya perikanan di Norwegia berada dibawah kewenangan Kementerian Perikanan dan Pesisir Pantai.

Indonesia menjadi negara kedua dengan garis pantai  terpanjang di dunia mencapai 99.083 km, bahkan hampir dua kalin lipat garis pantai Norwegia. Melihat fakta tersebut, terlintas pertanyaan dalam pikiran penulis, mengapa indonesia tidak lebih maju dari Norwegia dari segi pengelolaan ikan dan hasil-hasil laut lainnya ? bukankah jika sumber daya perikanan terkelola dengan baik masyarakat di pesisir pantai dalam hal ini nelayan bisa meningkat kesejahteraan hidup mereka ?

Jika melihat tingkat kesejahteraan nelayan di Indonesia masih jauh dari kata sejahtera. Terdapat beberapa aspek yang menyebabkan terpeliharanya kemiskinan nelayan atau masyarakat pesisir pantai, diantaranya; Kebijakan pemerintah yang tidak memihak masyarakat miskin, banyak kebijakan terkait penanggulangan kemiskinan bersifat top down dan selalu menjadikan masyarakat sebagai objek, bukan subjek. Kondisi bergantung pada musim sangat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan nelayan, terkadang beberapa pekan nelayan tidak melaut dikarenakan musim yang tidak menentu. Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan peralatan yang digunakan nelayan berpengaruh pada cara dalam menangkap ikan, keterbatasan dalam pemahaman akan teknologi, menjadikan kualitas dan kuantitas tangkapan tidak mengalami perbaikan.

Kondisi lain yang turut berkontribusi memperburuk tingkat kesejahteraan nelayan adalah mengenai kebiasaan atau pola hidup. Tidak pantas jika kita menyebutkan nelayan pemalas, karena jika dilihat dari daur hidup nelayan yang selalu bekerja keras. Namun kendalanya adalah pola hidup konsumtif, dimana pada saat penghasilan banyak, tidak ditabung untuk persiapan paceklik, melainkan dijadikan kesempatan untuk membeli kebutuhan sekunder. Namun ketika paceklik, pada akhirnya berhutang, termasuk kepada lintah darat, yang justru semakin memperberat kondisi.  Deskripsi diatas merupakan pusaran masalah yang terjadi pada masyarakat nelayan umumnya di Indonesia.

Harapan penulis kepada pemerintah dan terkhusus Kementerian Kelautan da Perikanan, mari mencontoh norwegia dari segi pengelolaan sumber daya perikanan, agar pengelolaan ikan di Indonesia lebih baik lagi, berkelanjutan dan terbebas dari ilegal fishing sehingga turut meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat di pesisir pantai terutama para nelayan.RS

  • Bagikan