Puncak Festival Sastra Kota Lulo Pustaka Kabanti, Digelar Ramai di Tengah Warga

  • Bagikan

KENDARI – Puncak Festival Sastra Kota Lulo yang diselenggarakan oleh Pustaka Kabanti dilaksanakan pada Sabtu, 21 Oktober 2023, mulai pagi sampai tengah malam. Perayaan sastra yang bertema sastra, warga, dan keberagaman tersebut bertujuan mendekatkan sastra ke warga yang merupakan tempat lahirnya penulis dan komunitas.

Warga sebagai ruang hidup orang banyak adalah rumah bagi kemajemukan. Jadi festival ini untuk merayakan sastra, komunitas, dan warga yang beragam. Pustaka Kabanti yang berada di jantung perumahan, memberikan penghormatan bagi warga yang memberi kesembatan untuk anak-anaknya bergiat di komunitas tersebut.

Dalam sambutan, ketua Pustaka Kabanti Syaifuddin Gani menyatakan, Festival Sastra Kota Lulo adalah ruang penghormatan bagi sastrawan pencipta, komunitas sastra, dan warga tempat lahirnya sastrawan.

“Festival ini terselenggara berkat bantuan pemerintah dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek,” katanya saat memberikan sambutan.

Peresmian festival ditandai dengan pemukulan rebana yang dilakukan oleh Kepala Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN, Kabid Dinas Perpusip Sultra, Kabid Dinas Perpusip Kendari, Gramedia Kendari, Mandala Finance. Pemukulan rebana untuk memberi kesan keindahan dari bunyi rebana, keindahan sastra.

Pembukaan diberi penguatan oleh Eros Lastra yang tampil memukau dalam tampilan musikalisasi puisi.

Di tempat yang sama, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Uniawati, memberikan apresisi bagi Pustaka Kabanti sebagai komunitas yang secara kontinyu dan konsisten mengerjakan tradisi mencipta sebagai pertanggungjawaban kreatifnya.

Sesi penting festival ini adalah diskusi sastra, literasi dan komunitas yang menghadirkan pemateri seperti Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara (Abdurrahman Shaleh), Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara (Uniawati), Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN (Harry Yogaswara), dan Triman (Gramedia Kendari). Keempat pembicara sepakat bahwa kaum muda, komunitas, dan sastra harus menyatu dalam semangat penciptaan.

Suasana festival menjadi cair dipandu oleh moderator Kiki Reskiyana Ilyas, yang dihadiri peserta dari beragam kalangan seperti komunitas, sastrawan, seniman, guru, siswa, mahasiswa, dan tentunya warga sekitar. Acara juga disuguhi dengan pengumuman hadiah lawan (doorprize) dari dua mitra Pustaka Kabanti yakni Gramedia Kendari dan Mandala Finance.

Sesi kedua diskusi sastra semakin dinamis dari para pembicara muda yang bergiat di dunia sastra Kendari yakni Muammar Qadafi Muhajir, Amaya Kim, Sartian Nuriamin, dan Marwan Dayinta. Mereka membahas tantangan, mimpi, progress, dan jejaring kekaryaan.

Menariknya, para peserta yang sebagian besar mahasiswa memberikan respon cukup mendalam lewat pertanyaan yang cukup panjang, menunik, dan dari banyak penanya. Mereka ingin juga terjun ke dunia sastra dan bertanya soal tantangan di dalamnya kepada para narasumber yang seusianya.

Malam harinya, puncak FSKL semakin menarik. Sempat tertunda karena listrik padam selama dua jam, rangkaian festival tetap berjalan. Lalu Kembali berlanjut berkat peminjaman genset Kantor Bahasa Sultra.

Syaifuddin Gani sebagai Ketua Pustaka Kabanti mengawali acara dengan sambutan dan penyampaian terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat secara kolaboratif atas festival ini.

Peluncuran tiga buku digital Pustaka Kabanti menandai awal yang indah kemarin malam. Tiga buku tersebut adalah Kebun Puisi Leluhur karya Iwan Konawe, Kebun Puisi: Suara dari Tenggara karya peserta Sayembara Cipta Puisi Se-Sulawesi Tenggara, dan Kebun Puisi: Tunas yang Mekar karya peserta Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SMP dan SMA. Buku duluncurkan yang ditandai dengan penandatanganan pada ketiga sampul besarnya oleh Harry Yogaswara selaku Kepala Oganisasi Riset Arkeologi, Bahasa, Sastra BRIN didampingi Ketua Pustaka Kabanti.

Peluncuran ini  penting maknanya bagi penyelenggara untuk memberi ruang penghormatan bagi tradisi mencipta di ranah penulisan puisi. Ketiga buku ini terbit dalam format digital yang akan dipublikasikan secara luas di flatform media digital.

Acara yang cukup dinantikan adalah pengumuman hasil Sayembara Cipta Puisi Se-Sulawesi Tenggara sebagai bagian dari festival ini. Juri lomba ini adalah Syaifuddin Gani, Maman S. Mahayana, dan With Bahar.

Acara terus berlanjut di panggung festival yang dimulai oleh monolog Achmad Zain. Berturut-turut pembacaan puisi Irianto Ibrahim, Sartian Nuriamin, dan musik Saudade. Pembacaan puisi kembali dilanjutkan oleh Asidin La Hoga, Zulyah, Iwan Konawe, Marwan Dayinta, Syaifuddin Gani, Putut Tedjo Saksono, Al Galih, dan Laode Hamdansyah.

“Terima kasih kepada seluruh narasumber, penampil, panitia, peserta, dan warga sekitar. Festival Sastra Kota Lulo dapat diselenggarakan berkat kerja sama Anda semua,” ucap Syaifuddin.(RS)

  • Bagikan