Tiga Sosok ini Bisa jadi Capres Alternatif yang Mengejutkan di Pilpres 2024

  • Bagikan
Tanggal pencalonan capres dan cawapres 2024 pada 19 Oktober hingga 25 November 2023.

JAKARTA – Wacana capres alternatif yang kini mulai ramai diperbincangkan memberikan sinyal kejenuhan publik terhadap nama-nama figur yang sudah lebih dulu populer jelang Pilpres 2024.

Hal itu disampaikan oleh pemerhati politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti dalam acara diskusi bertajuk “Mencari Capres Alternatif & Membaca Arah Koalisi” yang diselenggarakan oleh Para Syndicate, di Jakarta, Rabu (31/8). Ray mengatakan masyarakat tak perlu ragu memberikan tuntutan bagi para figur dan partai politik untuk fokus kepada tantangan pembangunan Indonesia pasca 2024.

“Capres alternatif itu bukan sekadar figur yang juga populer, melainkan yang memiliki gagasan dan terasosiasi dengan isu dan substansi tertentu. Seperti dalam bidang ekonomi kemandirian ada Rizal Ramli, di bidang pembangunan teknologi ada Ilham Habibie, dan di bidang demokrasi ada Jimly Asshiddique,” terangnya. Menurutnya, capres alternatif juga harus memberikan efek kejut bagi partai yang mendukungnya. Efek kejut akan menarik perbincangan bukan lagi dari sekadar di dunia medsos, tetapi juga di dunia ide.

“Sebagai contoh, Ilham Habibie, kita kenal bukan orang yang ingin menonjol di dunia politik, tetapi justru ini efek kejutnya, jika ada partai politik yang mendukungnya, maka akan menjadi perhatian publik,” jelas Ray. Dia menambahkan terdapat dua model capres alternatif, capres strategis, dan capres realistis.

Capres strategis merupakan figur alternatif yang bisa ikut menggerek popularitas partai.

Dalam hal ini capres yang memiliki efek kejut tinggi seperti nama Ilham Habibie dan nama – nama lainnya perlu dipertimbangkan. Capres realistis merupakan tokoh yang dipilih pada last minute sebelum didaftarkan ke KPU. Partai – partai politik menengah justru perlu melirik cara memunculkan nama dengan efek kejut tersebut. Senada dengan Ray, Ari Nurcahyo dari Para Syndicate menegaskan bahwa capres alternatif adalah figur yang bisa membuka perspektif bahwa elektabilitas, popularitas, dan akseptabilitas hanya satu variabel dalam penentuan capres. Ari mengutip pernyataan Presiden Jokowi, menegaskan bahwa capres 2024 harus bekerja keras untuk dapat menjawab tantangan pembangunan Indonesia ke depan. Ari menambahkan konstalasi koalisi partai politik akan ditentukan dengan pemufakatan kandidasi paket capres – cawapres yang diusung. Dalam situasi tersebut, elektabilitas hasil survei hanyalah satu variabel dalam menentukan capres – cawapres, selebihnya adalah otonomi partai dan pemufakatan koalisi.

Lebih jauh, nama–nama capres alternatif masih mungkin dimunculkan karena perlunya upaya untuk memperkuat substansi dan minat publik terhadap pilpres. Di sisi lain, narasumber dari Litbang Kompas, Toto Suryaningtyas memaparkan hasil penelitian yang dilakukan pada Januari dan Juni 2022. Toto mengatakan nama-nama seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan saat ini masih menjadi tiga besar top of mind di masyarakat untuk capres 2024. Kendati demikian, ada gap yang sangat besar antara popularitas dan elektabilitas 3 nama tersebut. “Elektabilitas tiga nama tadi mengalami stagnansi. Belum ada satupun capres yang benar-benar memiliki elektabiltas yang sangat tinggi,” terangnya. “Dari pertanyaan yang kami ajukan kepada responden, ada ruang elektabilitas sebesar 15% bagi capres alternatif. Jika seperti ini, maka posisi cawapres akan jauh lebih realistis”, ujar Toto. (JPNN/RS)

  • Bagikan