Lewat Program JKN Seorang Ayah Asal Wakatobi Menanti Kesembuhan Bayinya

  • Bagikan
Masriadi (32) saat ditemui oleh Petugas BPJS Kesehatan.

KENDARI – Pengalaman mendampingi proses persalinan istri dirasakan cukup berbeda dengan pengalaman suami pada umumnya, hal tersebut diakui oleh Masriadi (32). Di usia sembilan bulan kehamilan istrinya, proses persalinan di RSUD Kabupaten Wakatobi tidak berjalan lancar, sang bayi mengalami keracunan air ketuban sehingga membutuhkan pelayanan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) selama berhari-hari. Tak kunjung membaik, mengharuskannya dirujuk ke RS Siloam Baubau hingga RS Bahteramas Kendari.

Kandungan Hasriani, istri dari Masriadi sebenarnya tidak menunjukkan adanya suatu kelainan, ia pun termasuk rutin melakukan kontrol kehamilan di salah satu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di Kabupaten Wakatobi. Namun bayi perempuan yang sudah dinantikan dengan perasaan bahagia oleh kedua orang tuanya tersebut mengalami keracunan air ketuban yang mengakibatkan harus mendapatkan perawatan insentif.

“Awalnya kondisi kehamilan istri bisa dibilang normal, kami juga rutin melakukan kontrol di puskesmas. Istri saya pun pada saat kehamilan tidak pernah mengeluh merasakan sakit yang hebat sehingga kami juga cukup tenang menanti proses lahiran. Namun pada saat bayi ini lahir kulitnya berwarna kebiruan dan dokter bilang kalau harus mendapatkan perawatan lanjutan karena mengalami keracunan air ketuban,” ujar Masriadi, (23/5).

Berhari-hari mendapatkan perawatan di RSUD Wakatobi, kondisi kesehatan yang tak kunjung menunjukkan kemajuan, sang bayi kemudian dirujuk ke RS Siloam di Kota Baubau. Dirawat selama kurang lebih 2 minggu di RS Siloam kondisi bayi berangsur membaik, tentu hal ini membuat perasaan kedua orang tua tersebut mulai lebih lega.

Namun ternyata setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter, sang bayi masih harus melakukan pemeriksaan atas kondisi jantung dan paru yang masih belum normal. Masriadi dan istri harus melanjutkan perawatan bayinya di RSUD Bahteramas di Kota Kendari, setelah mendapatkan rujukan dari RS Siloam.

“Waktu di RS Siloam kita sudah cukup tenang karena selama dirawat 2 minggu alhamdulillah menurut dokter yang periksa sudah ada kemajuan untuk kondisi kesehatannya. Kami menjadi panik lagi pada saat tiba-tiba kami mendapatkan informasi kalau harus dirujuk lagi ke RS Bahteramas, karena memerlukan pemeriksaan dan perawatan pada bagian paru dan jantung,” lanjut Masriadi.

Menempuh perjalanan panjang selama kurang lebih 8 jam melewati darat dan laut tidak menyurutkan semangat Masriadi dan istri untuk berjuang demi kesembuhan buah hatinya tersebut. Beruntungnya setelah mendapat perawatan intensif di RS Bahteramas selama lebih dari sebulan, kondisi kesehatan sang bayi mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Hingga akhirnya pihak rumah sakit memperbolehkannya untuk pulang.

Masriadi tentu merasa sangat puas atas perjuangnya yang akhirnya membuahkan hasil. Selama hampir tiga bulan ia harus berpindah ke tiga rumah sakit pada tiga pulau yang berbeda. Namun lelahnya tersebut akhirnya terbayar dengan kesembuhan anaknya.

Masriadi juga mengaku bersyukur karena seluruh biaya pengobatan anaknya ditanggung oleh Program JKN. Ia tidak sanggup membayangkan jika biaya berobat harus keluar dari kantong pribadinya.

“Belum lagi saya yang berkerja sebagai nelayan tidak bisa melaut karena harus mendampingi istri dan anaknya selama masa pengobatan, untungnya ada kartu JKN ini,” ucapnya.

Masriadi juga bersyukur karena anaknya mendapat pelayanan dengan baik. Meskipun terdaftar sebagai pasien dari peserta JKN ia merasa mendapat perlakuan yang sama dengan pasien lainnya.

“Tidak tahu lagi mau berkata apa jika tidak ada Program JKN ini. Saya tahu pasti biaya pengobatan bayi apalagi di ruangan khusus sangat mahal, terlebih lagi kami berobat selama tiga bulan. Mungkin jual rumah pun kami belum bisa menutupi biaya pengobatan anak kami kalau harus bayar sendiri. Alhamdulillah ada Program JKN yang menanggung semuanya,” tutup Masriadi.(RS)

  • Bagikan

Exit mobile version