Dosen UHO Beri Trauma Healing Anak Yatim dan Disabilitas Korban Covid-19 di Bombana

  • Bagikan

KENDARI – Virus Covid-19 menyerang hampir seluruh negara di dunia, tidak telepas Indonesia juga terdampak. Hal ini mengakibatkan kekhawatiran terhadap warga di Kabupaten Bombana yang juga mengalami hal yang sama.

Terdapat 25 jiwa yang meninggal dunia akibat Covid-19 tersebar di berbagai kecamatan dan desa di Kabupaten Bombana. Terdapat 1 orang di Desa Lantari Kecamatan Lantari Jaya, 2 Jiwa di Desa Aneka Marga, dan 2 Jiwa di Desa Marga Jaya Kecamatan Rarowatu Utara, 1 jiwa di Kelurahan Lampopala, 2 jiwa di Kelurahan Doule, 3 jiwa di Kelurahan Kassi Pute, 1 jiwa di Kelurahan Lameroro Kecamatan Rumbia, 1 jiwa di Kelurahan Lauru Kecamatan Rumbia Tengah, 1 jiwa di Kelurahan Lora Kecamatan Mataoleo, 1 Jiwa di Desa Lakomea Kecamatan Rarowatu, 1 jiwa di Desa Toburi Kecamatan Poleang Utara, 1 jiwa di Kecamatan Poleang Timur, 2 jiwa di Kecamatan Poleang, 1 jiwa di Poleang Barat, 2 jiwa di Kecamatan Kabaena Barat, dan 3 jiwa di Kecamatan Kabaena Timur.

Dari kejadian ini tentu saja mengakibatkan pihak keluarga mengalami kepanikan dan trauma pada anak atau cucu yang berusia 5 – 16 tahun, mendengar kabar duka yang menimpa keluarga. Hal ini yang mendasari kegiatan pengabdian dan penelitian mengenai Trauma Healing yang menimpa pihak keluarga yang ditinggalkan oleh almarhum dan almarhumah yang telah meninggal dunia akibat Covid-19.

Kegiatan ini dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu Door to Door atau mendatangi secara langsung ke rumah pihak keluarga yang ditinggalkan dan kegiatan trauma healing yang diadakan di gedung Aula dengan mendatangkan anak atau cucu dari korban Covid-19.

Tidak lupa tim yang turun langsung ke lapangan juga meninjau secara langsung di Rusunawa yang merupakan tempat pasien Covid-19 untuk wilayah Kabupaten Bombana yang berada tepat disamping RSUD Kabupaten Bombana yang sementara dibangun di Desa Lantowua Kecamatan Rarowatu Utara. Saat ini Rusunawa dialih fungsikan menjadi Kampus Politeknik Bombana untuk Sementara ini.

Kegiatan ini dibuka dengan Ice Breaking lalu dilanjutkan dengan penyampaian  oleh Ketua Panitia Dr.H.M.Najib Husain, S.Sos.,M.Si dan  3 dosen pendamping  Rahman Ako, S.Sos.,M.AP, Dewi Anggraini, S.Sos, M.Si dan Iriyani Astuti Arief, S.IP, M.A serta 2 mahasiswa bernama Ales dan Titin.

Persiapan yang dibawa untuk anak anak antara lain pernak pernik permainan dan bingkisan serta hadiah lomba yang akan diadakan pada saat tiba di lokasi seperti alat lukis dan pewarna, kertas gambar, bola, makanan dan snack lainnya. Trauma healing dilakukan untuk mengatasi traumatic pada anak-anak korban Covid-19, mereka harus diperhatikan secara khusus agar trauma tak berkelanjutan. Hal ini dapat mengganggu perkembangan yang terbawa sampai usia dewasa.

“Trauma ini didapat dalam bentuk fisik dan psikologi menyangkut  pengalaman emosional, menyakitkan, mengejutkan, menegangkan, bahkan terkadang mengancam jiwa anak,” ucap Najib Husen.

Najib mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua. Pertama,  ajak anak melakukan kegiatan rutin bersama seperti makan bersama, tidur dan nonton TV. Kedua anak butuh perhatian khusus hal ini harus lebih banyak menyediakan waktu bersama anak. Ketiga, jauhkan hal-hal yang berhubungan dengan trauma seperti kekerasan dan tontonan fisik lainnya.

Keempat, pahami reaksi anak terhadap trauma agar anak pulih dari trauma. Kelima, ajak anak untuk berbicara dan bercerita. Keenam, jaga komunikasi agar terbuka. Ketujuh, dukung anak dan berikan rasa nyaman. Kedelapan, lakukan aktivitas seperti biasa.

Hal ini juga sama dilakukan oleh tim dalam memberikan trauma healing pada anak anak. Dibuktikan dengan berbagai macam kegiatan yang dilakukan ada perlombaan dan lain sebagainya.

Tahap pertama yang dilakukan oleh tim trauma healing saat tiba di lokasi adalah  memperkenalkan diri terlebih dahulu maksud dan tujuan kedatangan sehingga anak anak tidak merasa asing dan nyaman ketika nanti melakukan kegiatan bersama, kedua tim trauma healing memberikan perhatian penuh, tidak cukup hanya memperkenalkan diri tim juga mengajak anak anak untuk bersikap berani dan sigap melakukan hal yang sama yaitu pengenalan.

Ada beberapa anak yang diberikan pelukan saat pengenalan berlangsung hal ini dilakukan agar mereka merasa  nyaman. Selanjutnya tim mulai membuka kegiatan dan mengadakan acara lomba tangkap bola dengan kompak, kurang lebih ada 20 anak anak yang ikut bermain bersama tim. hal ini dilakukan agar anak mengingat kembali saat saat mereka bermain dan bahagia. sehingga tidak takut dan merasa stres.

Tim trauma healing sangat mengerti dalam hal memahami reaksi anak anak terhadap trauma baik reaksi sedih maupun marah sehingga tidak cukup hanya satu permainan saja dilanjutkan dengan permainan berikutnya yang lebih disukai oleh anak anak dan menyenangkan bagi mereka yaitu lomba melukis dan menggambar dan ini pula ada hadianya yang diberikan langsung oleh tim.

Kegiatan ini berlangsung Kurang lebih 2 jam bermain dan mendengarkan nasehat dan motivasi. Anak-anak selalu diberikan rasa nyaman oleh tim, bagi siapa saja yang ingin bertanya dan bercerita diberikan kesempatan dan peluang. Sampai pada kegiatan akhir yaitu penutupan tim selalu berusaha untuk mendorong anak beraktifitas seperti bermain, mengeksplorasi dan tertawa.

Kegiatan di tutup dengan absen peserta serta dokumentasi bersama dengan ketua panitia, dosen, mahasiswa dan anak yatim dan piatu serta anak disabilitas.(RS)

  • Bagikan