Kepsek SMAN 1 Batauga Mediasi Orang Tua dan Siswa Pelaku Bentrok

  • Bagikan

Kepala SMA Negeri 1 Batauga saat berpose bersama sesaat setelah melakukan mediasi bersama orang tua dan siswa yang bertikai, Selasa (19/1/2021). Foto : LM. Suharlin/Rakyat Sultra.

BATAUGA- Sebagai upaya mencegah terjadinya tawuran susulan yang melibatkan sesama siswa SMAN1 Batauga, Kabupaten Buton Selatan, pihak sekolah melakukan gerak cepat.

Pascakonflik, pihak sekolah langsung memanggil orang tua serta siswa yang berseteru untuk dimediasi.

Kepala SMAN 1 Batauga, Dosher Faridah, Spd menuturkan pihak sekolah baru saja mempertemukan siswa yang bersiteru yang didampingi masing-masing orang tua untuk mencari solusi atas persoalan tersebut. Kapolsek Batauga turut menyaksikan pertemuan tersebut.

“Kita sudah pertemukan mereka yang berkelahi hari Senin (18/1/2022) itu. Dan masing-masing pihak dibawa langsung orang tuanya telah saling memaafkan dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi,” tuturnya.

Kata dia, dari hasil interogasi pihaknya, konflik siswa kelas XI IPS 2 tersebut didasari dendam lama yang sebelumnya sudah dituntaskan sejak siswa tersebut masih duduk di bangku SMP.

Sayangnya, konflik tersebut kembali diungkit oleh salah satu pihak yang masih menyimpan dendam sejak konflik di SMP.

“Yang pasti masalah siswa adalah masalah kami. Jadi kami sebagai orang tua di sekolah tentu harus proaktif untuk menyelesaikan konflik para siswa ini agar tidak menimbulkan lagi konflik yang berkepanjangan,” tambahnya.

Dia bilang, saat pihaknya mendapat informasi tawuran yang dilakukan siswa saat jam sekolah usai, pihaknya langsung mencari sumber persoalannya.

Bahkan, pihaknya juga langsung mengunjungi kediaman siswa yang bertikai untuk mencari informasi dan menenangkan siswa tersebut agar tidak menjadi pemicu konflik yang lebih besar lagi.

“Sebenarnya ini hanya dua orang saja yang berkelahi. Dan mereka itu satu kelas di kelas XI IPS 2. Hanya karena kejadian itu bertepatan pada jam pulang sekolah makanya terlihat ramai seakan-akan ini tawuran pelajar, padahal itu informasi sebenarnya tidak benar adanya. Hanya dibesar-besarkan,” jelasnya.

Dijelaskan, untuk memberikan efek jera dan menjadi contoh bagi 516 pelajar lainnya, pihaknya kemudian memberikan sanksi kepada kedua belah pihak untuk dapat mengintropeksi diri agar tidak mengulangi perbuatannya.

Pasalnya, konflik yang terjadi telah mencoreng nama almamater SMA Negeri 1 Batauga bahkan yang tak kalah pentingnya justru merugikan kedua belah pihak.

“Sebenarnya kemarin itu mau diamankan oleh pihak kepolisian di Mapolsek Batauga. Tapi saya minta langsung agar siswa kami ini jangan dulu diamankan karena kami masih berupaya memediasi agar persoalan ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan di sekolah,” terangnya.

Sementara itu, Ikhsan yang merupakan korban penganiayaan saat didampingi orang tuanya menjelaskan tidak mengetahui persis apa yang menjadi pokok persoalan hingga dirinya dianiaya.

Namun demikian, pihaknya bersama orang tuanya tidak akan menaruh dendam kepada pelaku penganiaya yang tidak lain adalah siswa satu kelasnya itu.

“Saya tidak ada masalah apa-apa sama dia. Kami satu kelas meski tidak terlalu akrab tapi ada satu waktu kami bercanda gurau bersama. Tetapi kemarin itu pas saya keluar pagar sekolah langsung didatangi dan dipukuli,” ucapnya. (m2/b/aji)

  • Bagikan