Makam Penyiar Islam Pertama di Konawe Ada di Sampara

  • Bagikan
Makam Ulama La Ode Teke bin La Ode Husaeni di Porokota, Desa Andadowi kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

UNAAHA – Di Indonesia, banyak terdapat makam-makam tua para penyebar Islam. Berkat merekalah kita bisa mengenal dan memeluk Islam saat ini. Dari mereka pula kita bisa belajar dan meniru semangat dan pengorbanan dalam berdakwah. Tidak ada jalan yang mudah untuk meraih tujuan dan cita-cita besar. Tapi, keteguhan sikap dan pantang menyerah seperti yang diperlihatkan oleh para tokoh dan ulama tersebut akan membuat kita mampu mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Pada hari ini Selasa (8/12/2020), rombongan Dari tiga desa yakni, Lalonggaluku Timur, lalonggaluku Dan Lamendora melakukan ekspedisi perjalanan mencari Makam La Ode Teke bin La Ode Husaeni yang terletak di Porokota, Polua, Desa Andadowi Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Perjalanan tersebut dilakukan selesai salat subuh dinihari tadi. Itu dikarenakan rombongan harus sudah ditempat makam pada pukul 07.00 Wita. Hal tersebut sesuai arahan dari orang tua yang menjadi penunjuk jalan. Konon, kuburan tersebut sering tak terlihat jika tak berjodoh.

Sesampai di Andadowi, rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju lokasi makam, jalan yang ditempuh sekira 4 km. Setelah sampai, penunjuk jalan menunjukkan lokasi makam La Ode Teke. Makam tersebut sudah tertutupi oleh semak dan atasnya ditumbuhi kayu besar. Rombongan pun melakukan pembersihan di sekitar makam.

Diketahui, La Ode Teke merupakan penyiar dan penyebar islam di kerajaan Konawe yang menjadi utusan dari kesultanan Buton atas undangan Raja Lakidende yang ternyata muridnya semasa belajar Islam di Wawonii. Dalam perjalanannya, La Ode Teke membawa keluarga dan pembantu-pembantunya.

Rute perjalanan dari Pulau Buton melewati kerajaan Wuna, Wawonii dan sampai di Muara Sampara. Setelah itu melakukan perjalanan melalui sungai Konaweeha dan disambut oleh Kapitalau Sampara/Bondoala, Haribau/Rambi, di Puusambalu yang menjadi Pelabuhan Kapitan lau saat itu atau Pohara saat ini.

Setelah itu melanjutkan perjalanan dan disambut oleh Lakidende bersama pejabatnya Siwole Mbatohu Opitu Dula Batu Konawe di Pusat Kerajaan Konawe di Unaaha. Setelah disambut muridnya, La Ode Teke kemudian menyiarkan dan mengajarkan ajaran Islam di kalangan Istana.

Raja Lakidende dibantu gurunya La Ode Teke kemudian mencanangkan ajaran Islam di keseluruhan wilayah kerajaan dan menjadikan Islam sebagai agama resmi Kerajaan Konawe.

Dalam melakukan siarnya, La Ode Teke juga menggunakan Alquran tua tulisan tangan yang hingga kini tersimpan di kediamaan H. Abdul Gani bin Lawulo. Setelah mangkat, La Ode Teke dimakamkan di Porokota.

Dalam melakukan siar itu juga La Ode Teke diberikan lahan bercocok tanam dari Sabulakoa, Sampara hingga Toronipa dan Soropia hingga Kecamatan Sawa  Kabupaten Konut saat ini.

Selain itu raja Lakidende memberikan taawu, dan bertitah jika dalam melakukan siar Islam ada rombongannya terbunuh satu, dia boleh membunuh satu atau lebih musuhnya.

Salah satu keturunannya yang hari ini ikut dalam perjalanan mencari Makam La Ode Teke. Dia adalah H. Amirullah S. Ip, MBA, M. Ap yang merupakan anak dari H Abdul Gani atau Lagande/H. Mohammad Gande Porondosi. Dirinya bersama saudara-saudaranya merupakan generasi keenam dari La Ode Teke.

Amirullah Sengaja datang dari Jakarta untuk melakukan perbaikan makam leluhur dan ziarah. Dia merupakan Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia.

“Jadi bukti syiar Islam di Kerajaan Konawe ada kami simpan, berupa Alquran tulisan tangan yang diperkirakan ditulis pada Abad 17 dan Taawu yang diberikan langsung oleh Raja Lakidende kepada gurunya La Ode Teke. Dan keris yang diberikan oleh Sultan Buton serta Baju sirah Kapitalau Bondoala, Haribau/Rambi,” ungkapnya.

Amirullah menuturkan, dimasa kepemimpinan La Ode Kaimudin, sebagai gubernur, dirinya pernah berjanji akan melakukan pemugaran makam saat dirinya melakukan kunjungan kerja di Lalonggaluku. Namun hingga berakhirnya masa jabatannya dan meninggal, rencana itu tak terlaksana. Hingga kini makam ulama yang berasal dari keturunan Sugimanuru ini dibersihkan kembali para keturunannya.(RS)

  • Bagikan