JAKARTA — Studi menunjukkan tingkat kepercayaan publik Indonesia terhadap ilmuwan cukup tinggi. Angkanya bahkan lebih tinggi dari rata-rata global.
Fakta tersebut diungkap oleh hasil studi Nature Human Behaviour tahun 2025. Skor kepercayaan publik Indonesia berada di angka 3,84 dari skala 5.
Angka ini lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 3,62, dan menjadikan Indonesia sejajar dengan Malaysia serta Meksiko.
“Fakta ini tentu menggembirakan, namun sekaligus mengandung tantangan besar,” ujar Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kemendiktisaintek, Yudi Darma dalam keterangan resminya Sabtu (2/8).
Pasalnya, dalam studi tersebut diketahui jika indikator openness to feedback berada di angka 3,33. Yang artinya, masyarakat merasa suara mereka belum cukup didengar dalam ranah sains dan teknologi.
Belum lagi, posisi Indonesia di peringkat 54 dalam Global Innovation Index (GII) 2025 tak disertai dengan indikator output yang tinggi pula. Difusi sains dan teknologi belum sepenuhnya terdiseminasi dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Fakta-fakta tersebut membuat Kemendiktisaintek mencari cara untuk bisa membumikan sains ke masyarakat luas. Perguruan tinggi terus didorong untuk menjadi katalisator perubahan dalam membumikan saintek ini.
Sehingga tujuan jangka panjang atas terwujudnya masyarakat berbasis ilmu pengetahuan (citizen science), ekosistem saintek yang inklusif, serta ekonomi berbasis inovasi yang berdampak pada kesejahteraan bersama.
Selain itu, kata Yudi, Kemdiktisaintek menyiapkan program Semesta (Sinergi Kreasi Masyarakat dan Akademisi untuk Sains Teknologi Nusantara) dalam mewujudkan hal tersebut.
Ada empat subprogram yang dinaungi Semesta, yakni In Saintek, Tera Saintek, Resona Saintek, dan Panen Raya Berdikari.
Dia mencontohkan In-Saintek. Program ini memfasilitasi berbagai macam aktivitas diseminasi dan pemanfaatan sains dan teknologi yang dilakukan oleh perguruan tinggi kepada pemangku kepentingan, khususnya masyarakat.
Dengan begitu, masyarakat lebih mudah menjangkau dan memahami saintek. Hingga akhirnya dapat meningkatkan peminatan karir kepada saintek nantinya.
“Saintek harus hadir di tengah masyarakat, mudah dipahami, dirasakan manfaatnya, dan mampu menjawab persoalan nyata,” tegasnya.
Dia meyakini, keempat program ini tidak hanya memperluas jangkauan hasil riset dan inovasi, tetapi juga membangun jejaring antara perguruan tinggi, masyarakat, dan pemerintah daerah. Sehingga, dapat tercipta ekosistem saintek yang berkelanjutan.(jpnn/rs)