KONAWE SELATAN – Balai Besar Veteriner Maros bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) gerak cepat untuk melakukan investigasi penyebab kematian beberapa sapi di Desa Lebo Jaya Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Kamis (10/7).
Untuk memastikan apa yang menjadi penyebab kematian sapi, Balai Besar Veteriner Maros bekerjasama DPKH Konsel melakukan sampel kepada peternak di empat desa yang ada di Kecamatan Konda, yakni Desa Alebo, Lawila, Lambusa dan Desa Lebo Jaya.
Menurut Ketua Tim Investigasi Balai Besar Veteriner Maros, dokter hewan (drh) Fitri Amaliah, kedatangan bersama tim untuk meninjau langsung karena adanya informasi melalui media terkait kematian ratusan sapi secara mendadak yang diakibatkan adanya dugaan wabah misterius.
“Hari ini kami turun meninjau langsung di lapangan apakah berita itu benar adanya atau tidak. Setelah mengecek memang ada kematian sapi tetapi rentan waktu akhir Juli 2024 sampai awal Juli 2025. Jadi tidak benar adanya kalau terdapat ratusan sapi yang mati secara bersamaan dengan bangkai yang bergelatakan,” ungkap drh Fitri Amaliah.
Hasil investigasi awal, lanjutnya, kasus kematian sapi di Kabupaten Konsel khususnya di Kecamatan Konda berjumlah 10 ekor dengan rentan waktu di akhir bulan Juni 2025 sampai awal Juli 2025.
Fitri menyebut faktor awal karena pemeliharaan sapi oleh peternak dilakukan secara ekstensif (dilepas liarkan).
“Kami menemukan adanya pemeliharaan sapi yang dilepas liarkan. Meskipun berada dalam Ranch pengembalaan namun sapinya tidak terpantau oleh peternak,” ungkap Fitri.
Meski begitu, kata dia, di lapangan sesuai keterangan dari peternak kematian sejumlah sapi dalam rentan waktu dua bulan terkahir terdapat luka pada kaki, mulut berbusa dan serta pembengkakan kaki pada ternak.
Lanjutnya, dugaan sementara mirip gejala ke PMK (Penyakit Mulut dan Kuku).
“Namun kami belum bisa menyimpulkan kalau itu PMK. Tetapi kami telah mengambil sampel di empat desa kepada peternak memang ada gejala sama ada luka di mulut seperti sariawan dan luka di kaki. ke empat peternak menunjukan gejala yang sama, jadi sampel yang kami ambil akan kami bawa di laboratorium untuk diuji secepatnya dari penyebab kematian sapi di Konawe Selatan,” paparnya.
Kata dia, kasus PMK memang sering terjadi 2 tahun belakangan ini. “Namun ini belum bisa ditetapkan sebagai wabah,” jelas Fitri.
Ia menyampaikan ternak yang terpapar penyakit PMK dapat disembuhkan dengan persentase mencapai 90 persen.
“Ternak yang terpapar PMK dapat disembuhkan dengan menjaga kondisi tubuh ternaknya dengan penanganan yang intens,” jelasnya.
Pihaknya mengimbau agar peternak tidak panik dengan kondisi tersebut.
“Jangan sampai ada kepanikan peternak. Karena dengan kondisi ini bisa saja pedagang dari luar menawarkan harga yang lebih murah, sehingga karena takut sapinya mati peternak jual murah. Disisi lain daging ternak yang masih terpapar penyakit tidak aman untuk dikonsumsi,” imbaunya.
Dia berharap kerjasama semua pihak agar masyarakat jangan memberikan kepanikan kepada peternak.
“Selama kondisi tubuh ternaknya tetap baik penyakit ini bisa sembuh dan normal kembali. Beberapa daerah sudah membuktikan itu,” pungkas drh Fitri Amaliah.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Konsel, Syamsul berharap masyarakat utamanya para peternak dapat menyampaikan jika terdapat gejala ternak yang terpapar penyakit.
“Kita berharap peternak memberikan informasi kepada kami agar langkah-langkah preventif dapat kami lakukan melalui bantuan vaksin, obat-obatan, vitamin maupun desinfektan,” imbau Syamsul.
Saat ini, DPKH Kabupaten Konsel telah melakukan upaya pengobatan di sejumlah peternak yang ada di Desa Lebo Jaya Kecamatan Konda sembari menunggu hasil uji laboratorium dari Tim Balai Besar Veteriner Maros. RS