Bahas Hilirisasi, Unsultra Hadirkan Eks Gubernur Kaltim Jadi Pembicara

  • Bagikan

KENDARI– Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) menggelar kuliah umum bertajuk “Hilirisasi dalam Paradigma Sustainable Development” dengan menghadirkan Dr. Isran Noor, M.Si., mantan Gubernur Kalimantan Timur periode 2018–2024, sebagai narasumber, barup-baru ini.

Kuliah umum ini menjadi momen penting bagi civitas akademika Unsultra untuk menggali wawasan dan pengalaman praktis terkait pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan melalui hilirisasi, khususnya di daerah yang kaya tambang seperti Sultra.

“Unsultra harus punya ide-ide, pandangan, dan konsep. Jangan berpikir ‘oh ini universitas swasta’, justru kita diberikan otak dengan jumlah sel yang sama. Ketika kita diberi pengetahuan, sel otak bertambah aktif, walau volumenya tetap. Jadi tetap semangat, karena kita punya peluang besar. Sumber dayanya melimpah, tetapi belum banyak manfaatnya untuk daerah. Salah satunya karena pengaruh lingkungan yang kurang terurus, tambang dikelola sesuka hati, padahal lingkungan itu penting untuk masyarakat dan komunitasnya,” ujar Isran Noor.

Ia pun berpesan agar Unsultra terus menjadi motor penggerak kesadaran pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan, demi kesejahteraan masyarakat Sultra.

Sementara itu, Rektor Unsultra, Prof. Dr. Ir. H. Andi Bahrun, M.Sc., Agric, menjelaskan pentingnya hilirisasi sebagai strategi pembangunan berkelanjutan.

“Indonesia ini kaya sumber daya alam darat, udara, laut, bahkan sampai bawah tanah. Kita bisa mensuplai kebutuhan dunia dengan komoditas bernilai tambah tinggi dan bahkan menyuplai oksigen dunia. Syaratnya, perlu komitmen global mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia, salah satunya lewat hilirisasi sumber daya alam,” ungkap Prof. Andi Bahrun.

Ia juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi, baik dari luar negeri maupun internal.

“Negara luar sudah lama memetakan Indonesia sebagai penyuplai bahan baku murah. Sekarang, negara-negara Eropa juga protes bahwa kita dianggap melanggar perdagangan bebas. Padahal, kita berdaulat mengurus sumber daya ini. Di sisi lain, masih ada pihak di dalam negeri yang belum sepenuhnya memahami urgensi hilirisasi dan masih nyaman mengekspor bahan mentah,” katanya.

Sebagai lembaga pendidikan, Unsultra berkomitmen membuka wawasan mahasiswa agar mampu menjadi agen perubahan.

“Kami ingin mahasiswa cerdas sekaligus solutif, supaya kampus ini benar-benar berdampak. Unsultra harus menjadi pusat solusi sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat. Kami berharap dengan kehadiran Dr. Isran Noor, yang berpengalaman memimpin daerah kaya tambang, Unsultra dapat meneladani pengalaman tersebut. Sultra punya potensi besar untuk maju dan mensejahterakan rakyatnya. Apalagi pendidikan harus diutamakan. Haram hukumnya anak-anak kita tidak sekolah hanya karena keterbatasan biaya, padahal kita kaya sumber daya alam,” pungkasnya.

Kuliah umum ini diharapkan mampu menjadi pemantik diskusi akademik dan praktik nyata dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan berbasis potensi lokal di Bumi Anoa. RS

  • Bagikan