JAKARTA – Harga emas kembali menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), memperpanjang keuntungan untuk hari ketiga beruntun.
Kenaikan harga emas didorong oleh USD yang lebih lemah setelah aktivitas manufaktur China berkembang pada laju tercepat sejak April 2012.
Hal itu membuat para pedagang menjauh dari mata uang aman USD.
Dilansir dari Antara, Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari mengatakan Rabu (1/3/2023) dalam percakapan dengan para pemimpin bisnis di Sioux Falls, South Dakota, bahwa dia berpikiran terbuka untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin.
Di sisi lain, data ekonomi yang dirilis Rabu (1/3/2023) beragam. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pengeluaran untuk proyek konstruksi AS turun 0,1 persen pada Januari menjadi USD 1,826 triliun, setelah turun 0,7 persen pada Desember.
Indeks manufaktur AS dari Institute for Supply Management (ISM) naik tipis menjadi 47,7 persen pada Februari, dari 47,4 persen pada Januari. Ini juga mirip dengan ekspektasi para analis.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, terkerek USD 8,70 atau 0,47 persen menjadi ditutup pada USD 1.845,40 per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh level tertinggi sesi di USD 1.852,50 dan terendah di USD 1.829,60.
Emas berjangka melonjak USD 11,80 atau 0,65 persen menjadi USD 1.836,70 pada Selasa (28/2), setelah terangkat USD 7,80 atau 0,43 persen menjadi USD 1.824,90 pada Senin (27/2).(jpnn/RS)