Diskusi Klitih di Kafe Main-Main Memanas, Spanduk Dicopot Paksa

  • Bagikan

YOGYAKARTA – Acara diskusi yang digelar oleh Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) yang mengundang aktivis HAM dan AJI Yogyakarta sempat memanas, Senin (27/2).

Diskusi itu mengangkat tema tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan dugaan salah tangkap pelaku kasus klitih Gedongkuning. Berlangsung di Kafe Main-Main Yogyakarta.

Belum lama acara berlangsung pihak manajemen kafe meminta penyelenggara mencopot tiga spanduk yang dipasang di area diskusi.

Pihak manajemen kafe berdalih bahwa pencopotan tersebut permintaan dari kepolisian setempat melalui sambungan telepon.

Acara sempat terhenti sejenak karena peserta dan penyelenggara bersikukuh menolak pencopotan spanduk tersebut. Namun, penyelenggara akhirnya mengalah dengan mencopot tiga spanduk tadi.

Salah satu perwakilan PBHI Restu Baskara mengatakan pihaknya diadu domba dengan manajemen kafe.

“Mereka melakukan trik seperti itu untuk melakukan intervensi,” kata Restu.

Pihaknya menjelaskan tiga spanduk yang dipasang tersebut merupakan upaya mencari keadilan bagi lima terdakwa yang diduga salah tangkap dalam kasus klitih Gedongkuning.

Menurut PBHI Yogyakarta, upaya intervensi dan tekanan dalam diskusi itu bukan yang pertama mereka alami.

Intervensi kali ini, menurut mereka, merupakan gangguan yang paling kuat karena membenturkan penyelenggara dengan pihak manajemen kafe.

“Kami dari PBHI sebenarnya sangat keberatan dan ini bentuk represi dari negara,” ujar anggota PBHI lainnya, Dian Andriasari.

Ditemui seusai acara diskusi, aktivis HAM Haris Azhar yang bertindak sebagai pembicara mengatakan pencopotan spanduk saat diskusi sebagai hal yang memalukan. Menurutnya, pihak manajemen kafe tidak memiliki integritas dan kemandirian.

“Saya pikir kafe ini sebagai subjek sipil, ya. Harusnya punya keberanian.

Jika yang dilakukan pengunjung adalah tindakan melanggar, kafe boleh melakukan ini. Namun, dari awal sampai akhir materi tidak ada pelanggaran hukum,” kata Haris.

Haris menegaskan insiden ini menjadi kabar buruk bagi Yogyakarta karena kafe tidak memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya. (jpnn/RS)

  • Bagikan

Exit mobile version