Agatha Kecam Keras Aksi Pembakaran dan Perobekan Al-Qur’an: Kesesatan Berekspresi

  • Bagikan

SURABAYA – Politikus PDIP sekaligus anggota Fraksi PDIP DPRD Jatim Agatha Retnosari mengecam keras tindakan yang menghina kitab suci, seperti yang terjadi di Swedia dan Belanda.

Agatha mengatakan apapun alasannya tindakan tersebut tak boleh dilakukan. Tindakan itu sudah melampaui batas penghormatan terhadap kepercayaan setiap orang.

“Terserah Anda punya keyakinan apa, tetapi tidak boleh menghina, apalagi sampai membakar, menginjak-injak,” ujar Agatha tertulis, Jumat (27/1).

Politikus sayap kanan Rasmus Paludan dalam demonstrasdi Stockholm, Swedia melakukan pembakaran Al-Qur’an. Aksi provokatif juga dilakukan politikus Edwin Wagensveld yang merobek kitab suci itu di Den Haag.

Video-video keduanya melakukan hal itu beredar luas di media sosial.

Menurut Agatha pembakaran atau perobekan kitab suci merupakan perbuatan yang lahir dari pikiran dan pandangan yang picik.

Alih-alih bagian dari kebebasan berekspresi sebagai buah dari pruralisme dan multikulturalisme, aksi itu justru mengkhianati nilai-nilai keduanya.

Dia menjelaskan nilai pruralisme dan multikulturalisme mengendalikan sikap menghargai perbedaan, tidak menghinda keyakinan orang lain.

“Apa yang terjadi di Swedia dan Belanda adalah wujud sesat pikir, logical fallacy,” ujar Ketua DPC PDIP Surabaya itu.

Kebebasan berekspresi, kata dia, harus dijalankan dalam koridotr yang tak menghina keyakinan orang lain.

“Apabila kebebasan berekspresi ditegakkan dengan sikap semau gue yang merugikan orang lain maka itu bukan kebebasan berekspresi melainkan kesesatan berekspresi,” tuturnya.

Apa yang terjadi di Swedia maupun Belanda harus jadi pelajaran bagi seluruh masyarakat Indonesia.

“Kita tidak boleh menghina keyakinan orang lain, tidak boleh menjelekkan agama orang lain, suku orang lain, budaya orang lain,” tandas Agatha. (jpnn/RS)

  • Bagikan

Exit mobile version