JAKARTA – Harga emas kembali menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB).
Kenaikan harga emas memperpanjang keuntungan untuk hari keempat beruntun karena USD melemah.
Di sisi lain, penurunan imbal hasil obligasi terjadi di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memperlambat kenaikan suku bunganya.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, terangkat USD 6,80 atau 0,35 persen menjadi ditutup pada USD 1.935,40 per ounce, setelah diperdagangkan mencapai level tertinggi sesi di USD 1.943,80 dan terendah di USD 1.918,20.
Emas berjangka menguat USD 0,40 atau 0,02 persen menjadi USD 1.928,60 pada Senin (23/1), setelah terdongkrak USD 4,30 atau 0,22 persen menjadi USD 1.928,20 pada Jumat (20/1).
Indeks USD yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,19 persen menjadi 101,9150.
“Saya pikir emas masih bertahan cukup kuat karena ekspektasi pasar beralih lebih ke arah jeda potensial dari Fed, atau beralih ke kebijakan yang lebih dovish,” kata ahli strategi komoditas di TD Securities Ryan McKay.
Para analis pasar mencatat investor dengan posisi beli emas terus optimis tentang posisi mereka karena ada kekhawatiran yang meningkat akan resesi AS.
Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) S&P Global AS yang dirilis Selasa (24/1) naik sedikit dari 46,2 pada Desember menjadi 46,8 pada Januari, menandakan penurunan solid dalam kondisi operasi pada awal 2023, mendukung emas.
Selain itu, PMI Jasa S&P AS pulih ke 46,6 pada Januari dari 44,7 pada Desember, lebih baik dari ekspektasi pasar.(jpnn/RS)