JAKARTA – Harga emas terdongkrak pada akhir perdagangan Senin (Selasa, 24 Januari pagi WIB) dan mencatat kenaikan tiga hari beruntun.
Dilansir dari Antara, Selasa di Jakarta, kenaikan harga emas ditopang oleh ekspektasi ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan segera berhenti menaikkan suku bunganya.
Kendati demikian, kenaikan logam kuning dibatasi oleh penguatan USD.
Emas tetap berada di level tertinggi sejak April 2022. Pasar memperkirakan bahwa meskipun Federal Reserve terus menaikkan suku bunganya dengan kecepatan yang melambat, bank sentral akan segera menghentikan kenaikan suku bunga karena tekanan inflasi terus berkurang.
Fokus minggu ini tepat pada data PDB kuartal keempat AS, yang akan dirilis pada Kamis (26/1). Pertumbuhan diperkirakan melambat pada kuartal keempat dari kuartal ketiga, karena dampak kebijakan moneter yang lebih ketat mulai dirasakan oleh perekonomian.
Sementara itu, Indeks Utama Ekonomi AS dari The Conference Board yang dirilis pada Senin (23/1) mencatat penurunan 1,0 persen menjadi 110,5 pada Desember, menyusul penurunan 1,1 persen pada November, memberikan dukungan terhadap emas.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, sedikit menguat USD 0,40 atau 0,02 persen menjadi ditutup pada USD 1.928,60 per ounce, setelah diperdagangkan mencapai level tertinggi sesi di USD 1.936,70 dan terendah di USD 1.912,50.
Emas berjangka terdongkrak USD 4,30 atau 0,22 persen menjadi USD 1.928,20 pada Jumat (20/1), setelah terangkat USD 16,90 atau 0,89 persen menjadi USD 1.923,90 pada Kamis (19/1).
Volume perdagangan di pasar logam mulia juga relatif lebih kecil di awal pekan ini, di tengah libur pasar di beberapa negara Asia, terutama China, untuk Tahun Baru Imlek. Pasar China akan ditutup untuk sisa minggu ini.(jpnn/RS)