Jembatan Jurug dan Mojo Ditutup, Warga Rela Lewat Jalur Darurat yang Terbuat dari Bambu

  • Bagikan
Warga sedang melewati jembatan sasak secara bergantian, Selasa (27/09/2022).

SOLO – Ribuan warga Surakarta dan Sukoharjo bergantian melewati sebuah jembatan darurat (jembatan sasak) sepanjang 70 meter yang terbuat dari bahan bambu di Kampung Sewu, Jebres, guna menyeberangi Sungai Bengawan Solo, Selasa (27/9) pagi.

Hal ini terjadi lantaran akses utama penghubung Kabupaten Sukoharjo dan Kota Surakarta yang biasanya digunakan warga yakni Jembatan Mojo dan Jembatan Jurug A ditutup sementara karena peremajaan.

“Lewat sini karena lebih cepat. Biasanya lewat jembatan Mojo,” kata Aluna (40) warga Plumbon, Sukoharjo.

Selain Aluna, setiap pagi dan sore hari ribuan warga yang menggunakan sepeda dan kendaraan bermotor mengantre untuk melewati Jembatan Sasak untuk melakukan rutinitas kesehariannya diantaranya berdagang di pasar, bekerja di pabrik ataupun bersekolah.

Jembatan tersebut dibuat oleh salah seorang warga Mojolaban, Sukoharjo, Sugiono (48) sekitar sebulan yang lalu. Alasannya membuat jembatan darurat itu karena banyak warga mengeluh adanya penutupan jalan utama.

“Jembatan ini untuk para saudara-saudara yang katanya cari jalan sulit. Ditutup semua,” katanya.

Pada awal pembuatannya, Sugiono hanya membuat satu jalur. Kemudian ditambah satu jalur lagi pada Senin (26/9) malam. Setiap pengendara yang hendak melewati jembatan sasak dikenai tarif sebesar Rp 2.000 untuk kebutuhan operasional.

“Tarif cuma Rp 2.000, karena saya buat itu untuk pertolongan,” jelasnya.
Sugiono mengklaim bahwa jembatan yang dia buat mampu bertahan dalam waktu panjang, asalkan debit air di sungai Bengawan Solo tidak terlalu tinggi.

“Kalau hujan deras tidak bisa dilewati,” terangnya.

Sugiono menambahkan pemilihan bahan baku bambu untuk membuat jembatan, karena bambu lebih lentur sehingga mampu bertahan lama.

“Pemilihan bambu, saya cari lenturnya. Kalau dari kayu, kan, getas,” ungkapnya.

Di sisi lain, Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Surakarta Ari Wibowo menuturkan jembatan sasak bukan menjadi jalur alternatif yang ditentukan, karena berpotensi rawan keselamatan.

“Secara kerawanan itu potensi rawan keselamatan, karena diatas drum, goyangan terasa, terakhir diujung sangat menanjak,” beber dia.

Ari berharap jembatan tersebut tidak menjadi jalur alternatif, agar tidak terjadi kejadian yang tak diinginkan.

“Nanti kami evaluasi. Harapan kami itu tidak jadi alternatif, agar tidak terjadi kejadian yang tak diinginkan,” tuturnya. (RS)

  • Bagikan

Exit mobile version