JAKARTA – Pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengkhawatirkan kondisi perekonomian yang terganggu jika aksi unjuk rasa terus berlanjut ditambah dengan mogok kerja buruh.
Hal tersebut disampaikan Mohammad Faisal menanggapi seruan mogok nasional oleh Presiden Partai Buruh Said Iqbal saat berorasi di depan gedung DPR/ MPR (6/9).
Faisal menyebutkan dirinya memahami protes buruh terhadap kebijakan kenaikan harga BBM, tetapi dampak dari aksi demonstrasi juga mesti dipertimbangkan.
“Saya tidak sepakat kalau demo ini sampai anarkis. Kemudian menghambat perekonomian semakin memperkeruh keadaannya,” ujarnya.
Sebelumnya, ribuan buruh menolak aksi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (6/9).
Adapun aksi diiikuti oleh berbagai serikat pekerja, di antaranya Serikat Pekerja Nasional (SPN), Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).
Menurut Said Iqbal yang juga Presiden Konferedasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) mengatakan aksi para buruh dan sejumlah elemen di depan Gedung DPR ini diikuti oleh ribuan orang.
Selain itu, demo masyarakat di luar Jabodetabek menggelar aksi di kantor gubernur, seperti Bandung, Serang, Semarang, Banjarmasin, Gorontalo, dan kota-kota besar industri lainnya.
Said mengungkapkan aksi tolak kenaikan BBM itu tidak berhenti pada hari ini saja. Namun, akan berlanjut hingga Desember 2022 mendatang. (JPNN/RS)